LiniEkonomi.com - Lini ekonomi RI (Republik Indonesia) di era politik tumbuh 5 persen tahun 2024 ini. Walau tumbuh subur, ternyata memiliki sejumlah tantangan global termasuk dalam negeri.
Prediksi lini ekonomi RI tumbuh ternyata bukan tahun ini saja, tahun depan akan mengalami hal yang sama. Proyeksi ekonomi Indonesia tumbuh berdasar analisa dari sejumlah lembaga, termasuk ekonom.
Beberapa dari lembaga penjamin keuangan atau simpanan seperti Bank Dunia (Bank World), IMF maupun Fitch Ratings terus memantau pergerakan ekonomi Republik Indonesia, hingga mereka memprediksi akan tumbuh di tahun ini pada kisaran 5 persen (%).
Hal serupa juga terungkap atas laporan ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO). Ekonom Hoe Ee Khor menyatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap tumbuh.
Bahkan angka 5 persen tersebut tetap koheren dengan laju finance Indonesia tahun lalu. Bukan itu saja, Indonesia jadi sorotan utama dunia lantaran mampu bertahan pada masa Pandemi Covid-19.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melambat, Tantangan 2024
Faktor lain ekonomi bangsa ini tetap konsisten tumbuh di angka lima persen tersebut. Lantaran stabilitas politik tetap aman sejak Pemilu 2024, hingga pelantikan calon presiden dan wakil presiden terpilih pada 20 Oktober 2024 mendatang.
Stabil dan tetap tumbuh akan terus berlangsung, kata Hoe Ee Khor. Alasannya, Presiden terpilih Prabowo Subianto akan meneruskan program Presiden Joko Widodo. "Ya bisa saja di atas angka 5 persen, paling tidak kisaran 5,3 persen," katanya, kutip LiniEkonomi via BeritaSatu, Selasa (9/4/2024).
Kendati demikian, presiden berikutnya mesti menjaga defisit fiskal di kisaran 3 persen. Rasionya, setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan membuka dana fiskal sebesar 5 persen dalam APBN 2025.
"Sama halnya Jokowi, ia tetap menjaga penggunaan kebijakan fiskal pada angka tiga persen," kata ekonom tersebut.
Tumbuhnya ekonomi Indonesia tampak sangat ketika memasuki era Pemilu 2024, sebut Teuku Riefky, Pakar Pasar Keuangan LPEM FEB UI.
Ia bahkan memproyeksikan ekonomi Indonesia itu tumbuh pada kisaran 5,1 persen. Efek pemilu sangat tampak, bahkan terjadi aktivitas ekonomi di daerah secara totalitas.
Mulai dari tingginya permintaan pesanan, seperti tranportasi, jasa layanan maupun periklanan serta digital marketing.
Baca Juga: Ramadhan dan THR Jadi Booster Pertumbuhan Ekonomi RI
"Walau begitu, ternyata sektor manufaktur tidak begitu puas pergerakannya, hal ini terjadi kalau menilik dari sisi market share," terang Teuku Riefky kutip Kontan, minggu lalu.
Kemudian sub manufaktur pada sektor minuman dan makanan sampai saat ini masih jadi bantalan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada masa 2024 ini.
Tantangan Depan Mata: Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Kemudian sektor lain yang membuat liniekonomi Indonesia tumbuh, yakni ekspor baja dan besi ke China. Indonesia melakukan ekspor ke negeri Tirai Bambu usai ekonomi China mulai pulih.
Walau hingga kini dalam analisa para ekonom Tiongkok menilai, liniekonomi China belum sembuh total. Sementara, beberapa upaya telah mereka lakukan.
Salah satunya dengan melakukan pemangkasan anggaran terhadap beberapa kebijakan pemerintah tersebut.
Salah satu contohnya ialah dengan memangkas salah satu suku bunga pinjaman. Bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) memangkasnya sebesar 3,95 persen untuk bunga pinjaman atau loan prime rate berjangka 5 tahun.
Selanjutnya: The Fed Pangkas Suku Bunga Jadi Angin Segar Buat Indonesia
Persentase pemangkasan suku bunga tersebut jauh lebih rendah dari angka sebelumnya sebesar 4,2 persen.
Jaga Stabilitas Fiskal dan Program Pembangunan
Kendati pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 5 persen tahun ini, namun ada tantangan secara eksternal, salah satunya pemangkasan suku bunga The Fed, serta melambatnya aktivitas ekonomi global.
"Itu juga jadi tantangan kedepan. Selain tantangan dalam negeri yakni terjadinya perubahan era pemerintahan berikutnya," kata Teuku Riefky.
Ia mengingatkan, agar pemerintah selanjutnya setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar menjaga stabilitas kebijakan fiskal. [*]