LiniEkonomi.com - Selain El Salvador memakai mata uang kripto (Bitcoin) sebagai alat pembayaran. Rupanya Bali, Indonesia juga memakai mata uang kripto untuk transaksi setiap pembelian barang atau jasa.
Pemakaian mata uang kripto salah satunya terdapat di Seminyak, Kabupaten Badung. Konsumen salah satu cafe buat bayar mamin alias makan minum selain uang tunai juga memakai kripto.
"Sempat berlangsung memang, tapi sekarang sudah tidak lagi," kata Manajer Crypto Cafe Ketut Tinggen, mengutip laporan kompas.id, Sabtu (13/4/2024).
Selain Seminyak, pada daerah Ubud juga begitu. Mereka memakai pembayaran barang menggunakan kripto seperti Bitcoin. Bisa juga USDC maupun Ethereum.
Walau kemudian dari salah satu pengelola enggan menerima crypto currency saat ada yang melakukan pembelian dengan menggunakan kripto.
Fakta pada lapangan berbeda sangat dengan kriteria pada banner lini bisnis jasa pariwisata di sana, seperti Parq Ubud.
Menurut laporan liniekonomi.com, Kamis, (11/04/2024) kalau El Salvador telah menetapkan kebijakan pemakaian kripto (crypto) seperti Bitcoin sebagai alat pembayaran resmi di negara tersebut.
Baca Juga: Memahami Economic Calendar, Lengkap Panduan Pandangan Ahli
Pemerintah negara setempat menetapkan pemakaian crypto sebagai alat transaksi setiap layanan jasa, pembelian barang berlaku sejak 2021 lalu.
Hanya saja, tidak semua warga negara setempat masih menggunakan alat pembayaran mata uang kripto tersebut via Chivo Wallet. Hal ini terungkap setelah pemerhati ekonomi makro melakukan penelitian.
Fernando Alvarez pakar ekonomi bersama rekan-rekannya meneliti pemakaian kripto (Chivo Wallet), dengan mewawancarai warga serta mengedarkan 1.800 kuisioner kepada mereka.
Hal mengejutkan ialah, ternyata warga tidak tahu sama sekali cara menggunakan bitcoin sebagai alat pembayaran. Mereka malah lebih senang dengan mata uang tunai sah negara tersebut.
Kemudian dari hasil riset terhadap aplikasi Chivo Wallet, yang merupakan dompet Bitcoin dan dolar resmi buatan pemerintah Salvador. Fernando Alvarez, dkk mengungkapkan bahwa pemakainya rata-rata warga yang ekonomi kelas atas, seperti investor, akuntan, perbankan dan anak muda yang melek terhadap mata uang digital.
"Sangat kontras memang, walau pemerintah El Salvador telah menetapkan pemakaian Bitcoin sebagai alat pembayaran resmi mereka," kata pria yang telah lama jad anggota The American Academy of Arts and Sciences, 2018 via scienceorg.
Sementara itu Indonesia dengan terang-terangan melarang maupun menolak setiap warga negara memakai mata uang Bitcoin atau kripto sebagai alat pembayaran transaksi pembelian barang dan jasa.
Hal itu berdasar Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 19/12/PBI/2017 tentang penyelanggaraan teknologi Financial, akan tetapi berbeda dengan pernyataan mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara di tahun 2017.
Baca Juga: Cara Mudah Bayar Belanja Online Melalui AgenBRILink
Walau Indonesia menolak dan atau melarang pemakaian mata uang kripto Bitcoin, tapi penggunaan Blockchain lebih baik. Alasannya, karena Blockchain lebih transparan dari pada Bitcoin.
"Blockchain is something that unavoidable. Saya mendukung Blockchain karena ia memberi transparansi dalam setiap transaksi. Misalnya, dalam layanan transfer uang, dia bisa tahu ini uang asal usulnya darimana," ungkap Rudi, kutip liniekonomi via Kominfo, Sabtu (13/4/2024). [*]