Ekonomi Israel Defisit Akibat Genosida, Turki Batasi Jualan ke Tel Aviv

LiniEkonomi.com - Ekonomi Israel alami defisit anggaran, bahkan alami kerugian lebih dari 56 miliar dolar Amerika Serikat.

Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu. [AP Picture]

LiniEkonomi.com - Ekonomi Israel alami defisit anggaran, bahkan alami kerugian lebih dari 56 miliar dolar Amerika Serikat.

Angka kerugian tersebut dalam angka rupiah per hari ini Rp 886.726.400.000.-. Ekonomi Israel terus anjlok pasca melakukan genosida terhadap penduduk di jalur Gaza, Palestina enam bulan lalu.

Informasi tersebut mengutip laporan stasiun TV Al Jazeera. Kantor media tersebut memberitahu bahwa Israel secara tren ekonomi terlilit utang.

Utang tersebut bahkan kian meningkat drastis sehingga memperburuk ekonomi negara berjuluk Medinat Yisrael tersebut.

"Berharap pemerintah harus dan wajib meningkatkan ekonomi, dan memperbaiki kesejahteraan rakyat," kutipan laporan Bank Hapoalim, Selasa (9/4/2024).

Biaya perang atas konflik Israel-Palestina di jalur Gaza secara proyeksi kurang dari 7 miliar dolar Amerika Serikat atau setara dengan nilai rupiah saat ini Rp 110 triliun lebih.

Ternyata prediksi tersebut tidak tepat, sehingga Israel kini menanggung beban tinggi, lantaran dari biaya konflik mencapai 1,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) rezim pendudukan Israel.

Israel menurut para analis tengah berada dalam pusaran resesi ekonomi terburuk, dan anjloknya ekonomi negara tersebut lebih parah saat Operasi Al Aqsa oleh Hamas.

Kutip laman Nournews, Produk Domestik Bruto (PDB) Israel menyusut senilai 19,4 persen per tahun dalam tiga bulan terakhir tahun lalu.

Besar kemungkinan PDB Israel menurun 10,5 persen dan semakin membuat kondisi ekonomi negara tersebut makin hancur, atas survei Bloomberg terhadap sejumlah analis atau pakar ekonomi.

Baca Juga: Keren! Bank BJB Bagikan Dividen Rp1 Triliun

Hancurnya ekonomi Israel plus Shekel (indeks saham Israel) ikutan anjlok. Dengan harga dagang cuma 3,62 per dolar atau 0,4 persen saja, berdasar pantauan pukul 15:53 waktu negara setempat.

Turki Batasi Barang Jualan ke Tel Aviv

Efek genosida Israel membuat Turki membatasi penjualan barang mereka ke Tel Aviv, terhitung hari ini, Selasa (9/4/2024).

Beberapa barang yang telah Turki batasi ke Israel antara lain bahan konstruksi besi, kemudian baja dan semen.

Alasan Turki membatasi jualannya ke Israel, lantaran ekonomi Tel Aviv tersebut mulai merosot alias anjlok.

Kemudian sebagai pernyataan sikap kemanusiaan, atas peristiwa perang ulah Israel di jalur Gaza, Palestina.

Sikap tersebut merupakan pernyataan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Turki. Sebagaimana Liniekonomi kutip dari kantor berita AFP yang berkedudukan di Paris, Selasa malam ini.

Turkiye membatasi ekspor baja, semen dan konstruksi besi ke Israel. Sehari setelah Tel Aviv memblokir sejumlah bantuan kiriman mereka ke jalur Gaza, Senin (8/4/2024).

Ini yang kemudian membuat Turki mengamuk dengan mengatakan, "Keputusan ini akan tetap berlaku sampai Israel menyatakan perang." Kutip dari laman medsos Kemendag Turki via laporan AFP.

Baca Juga: Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Selamatkan 2,23 Triliun Dana Nasabah

Membatasi pengiriman barang ke Israel secara bertahap Turki lakukan, sebagai kritikan keras terhadap negara yang telah melakukan genosida tersebut.

Bukan sekali dua kali Turki mengecam, bahkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebelumnya menyebut Tel Aviv sebagai 'negara teroris' [*]

Baca Juga

Macquarie AirFinance orders MAX8s
Macquarie AirFinance Perkuat Armada: Pesan 20 Boeing 737-8
Pertamina menargetkan Kilang Balikpapan beroperasi 2025 dan hasilkan 360 ribu barel minyak per hari. [Canva/LiniEkonomi]
Harga Minyak Dunia Tertekan Efek Ekonomi Tiongkok
LiniEkonomi.com - Pada peringatan ulang tahun ke-46 Pasar Modal Indonesia, Pasar obligasi Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan
Pasar Saham AS Menghijau, Saham Lexeo Therapeutics Anjlok 24 Persen
LiniEkonomi.com, Pakistan - Kekayaan intelektual (KI) menjadi sorotan utama dalam pertemuan antara Ketua IPO-Pakistan Farukh Amil dan Duta Besar (purn) Qazi M Khalilullah, Direktur Eksekutif Pusat Studi Strategis Internasional Sindh (CISSS).
Kekayaan Intelektual: Kunci Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Nasional
Hidrogen biru dan hijau menawarkan solusi untuk energi bersih di masa depan
Hidrogen Biru dan Hijau: Solusi Masa Depan untuk Energi Bersih?
Mint Beauty Shop Buka Lowongan Kerja: Posisi Staf Administrasi
Mint Beauty Shop Buka Lowongan Kerja: Posisi Staf Administrasi