Baht vs Dolar AS: Pertarungan Sengit yang Belum Usai

LiniEkonomi.com - Nilai tukar baht Thailand melemah kembali setelah sempat jatuh di depan dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa (21/3).

Baht vs Dolar AS [Ilustrasi AI/LiniEkonomi]

LiniEkonomi.com - Nilai tukar baht Thailand melemah kembali setelah sempat jatuh di depan dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa (21/3).

Hal ini terjadi setelah Bank of Japan (BoJ) memutuskan untuk menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam 17 tahun terakhir. Ini merupakan catatan usai gagal memberikan dukungan terhadap mata uang Asia.

Menurut Kasikorn Research Center (K-Research), pasar modal bakal mengantisipasi Federal Reserve yang akan mempertahankan suku bunga AS. Yang informasinya tetap bertahan sampai Kamis mendatang.

Kanjana Chockpisansin, kepala riset di lembaga penelitian tersebut, menyatakan bahwa baht Thailand, Selasa sore kemarin mencatat di level 36,07 terhadap dolar AS. Setelah sempat menyentuh level terendah dua pekan di 36,04 pada pagi hari.

"K-Research kini memperkirakan baht akan mendapat nilai jual pada kisaran 36,20-30 terhadap dolar AS pada akhir pekan ini," ujar Kanjana kutip Bangkok Post.

Yen Jepang sempat melemah, terjun di angka 150 terhadap dolar AS pada Selasa lalu, setelah BoJ menaikkan suku bunga acuannya dari -0,1 persen atau berada di kisaran 0 persen - 0,1 persen, sejak 2007 silam.

Langkah ini setelah perusahaan-perusahaan besar Jepang setuju pada Jumat lalu untuk menaikkan upah sebesar 5,28 persen untuk tahun 2024.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Thailand Melambat Jauh di 1,9 Persen

Kenaikan suku bunga tersebut mengakhiri era negara dengan suku bunga negatif. BoJ juga mengakhiri kebijakan kontrol kurva imbal hasil untuk obligasi pemerintah Jepang dan menghentikan pembelian aset berisiko tinggi seperti exchange-traded fund.

"Keputusan BoJ atas suku bunga cukup minimal dan pasar telah mengantisipasi langkah ini, sehingga gagal meningkatkan sentimen bagi negara-negara Asia lainnya," kata Kanjana.

"Tidak ada langkah tambahan, yang mungkin saja bank sentral meluncurkan saham pada pertemuan berikutnya akhir bulan depan," sambungnya.

Tekanan Semakin Besar! Baht Terancam

Sementara itu, Federal Reserve memperkirakan akan mempertahankan suku bunga AS hingga Kamis mendatang, ini tentunya bisa membuat dolar menguat lebih jauh terhadap mata uang Asia, menurut K-Research.

"Pasar memperkirakan Federal Reserve akan menunda menurunkan suku bunga pertama tahun ini dari Juni ke paruh kedua, dengan kurang dari tiga kali turun tahun ini," ungkap Kanjana.

Baca Juga: Rupiah Diperkirakan Bergerak Sideways Hari Ini (26/2)

Informasi tambahan Baht kembali mendapat nilai sekitar 36,30 terhadap dolar AS pada akhir minggu ini.

Namun jika Federal Reserve merevisi proyeksi mereka dengan menaikan pertumbuhan ekonomi, sudah tentu akan mengisyaratkan turunnya suku bunga bisa saja tertunda.

Besar kemungkinan dolar AS dapat menguat dan menekan mata uang tersebut lebih kejam lagi. [*]

Baca Juga

Macquarie AirFinance orders MAX8s
Macquarie AirFinance Perkuat Armada: Pesan 20 Boeing 737-8
Pertamina menargetkan Kilang Balikpapan beroperasi 2025 dan hasilkan 360 ribu barel minyak per hari. [Canva/LiniEkonomi]
Harga Minyak Dunia Tertekan Efek Ekonomi Tiongkok
LiniEkonomi.com - Pada peringatan ulang tahun ke-46 Pasar Modal Indonesia, Pasar obligasi Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan
Pasar Saham AS Menghijau, Saham Lexeo Therapeutics Anjlok 24 Persen
LiniEkonomi.com, Pakistan - Kekayaan intelektual (KI) menjadi sorotan utama dalam pertemuan antara Ketua IPO-Pakistan Farukh Amil dan Duta Besar (purn) Qazi M Khalilullah, Direktur Eksekutif Pusat Studi Strategis Internasional Sindh (CISSS).
Kekayaan Intelektual: Kunci Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Nasional
Hidrogen biru dan hijau menawarkan solusi untuk energi bersih di masa depan
Hidrogen Biru dan Hijau: Solusi Masa Depan untuk Energi Bersih?
Mint Beauty Shop Buka Lowongan Kerja: Posisi Staf Administrasi
Mint Beauty Shop Buka Lowongan Kerja: Posisi Staf Administrasi