LiniEkonomi.com - Ketegangan antara Iran dan Israel meningkat pada Sabtu malam setelah Iran melancarkan serangan terhadap Israel. Akibatnya, harga Bitcoin anjlok lebih dari 7 persen sebelum pulih sebagian. Mata uang kripto digital terbesar di dunia ini mengakhiri harganya hari ini turun pada angka 4,6 persen.
Israel mengumumkan telah menetralisir 99 persen dari 300 ancaman yang telab mereka identifikasi ke wilayah mereka.
Pasukan Iran menyatakan operasi Teheran telah selesai tanpa tindakan lebih lanjut.
Presiden AS Joe Biden mengutuk serangan Iran, menyebutnya "belum pernah terjadi sebelumnya" dan menyerukan respons diplomatik terkoordinasi dengan para pemimpin G7.
Permusuhan baru-baru ini mengikuti peningkatan ketegangan antara Iran dan Israel, terutama sejak dimulainya perang di Gaza pada Oktober.
Tuduhan dan balasan tuduhan meningkat, dengan Iran menuduh Israel melakukan serangan terhadap konsulatnya di Damaskus pada 1 April.
Investor akan memantau perkembangan di wilayah ini dengan cermat di tengah potensi eskalasi dan ketidakstabilan lebih lanjut di wilayah tersebut.
Baca Juga: Ramadan Picu Pertumbuhan Ekonomi, Ini Penjelasannya
Dampak pada Pasar Keuangan
Ketegangan yang meningkat antara Iran dan Israel berdampak pada pasar keuangan global, termasuk pasar mata uang kripto.
Harga Bitcoin anjlok lebih dari 7 persen sebelum pulih sebagian, mengakhiri hari dengan penurunan 4,6 persen. Investor khawatir bahwa eskalasi lebih lanjut dapat mengganggu stabilitas di wilayah tersebut dan berdampak negatif pada ekonomi global.
Prospek ke Depan
Perkembangan di wilayah Timur Tengah akan terus diawasi dengan cermat oleh investor. Jika ketegangan antara Iran dan Israel terus meningkat, harga Bitcoin dan aset berisiko lainnya kemungkinan akan mengalami tekanan jual.
Faktor-faktor Turnnya Harga Kripto Bitcoin
Penurunan harga cryptocurrency hari ini dipicu oleh beberapa faktor, antara lain:
- Ketidakpastian ekonomi global: Perang di Ukraina dan sanksi terhadap Rusia masih terus berlangsung, menyebabkan ketidakpastian ekonomi global yang menekan pasar keuangan, termasuk pasar kripto.
- Kebijakan moneter ketat: Bank sentral di berbagai negara, seperti The Fed (Bank Sentral AS), mulai menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi. Hal ini membuat investor beralih dari aset berisiko seperti kripto ke aset yang lebih aman seperti obligasi.
- Sentimen negatif dari investor: Sentimen negatif terhadap pasar kripto masih kuat, dengan investor khawatir tentang potensi resesi dan volatilitas pasar yang tinggi.
Baca Juga: Warga KTP Ganda Iran dan Jerman Terancam, Perang Israel vs Iran Depan Mata
Disclaimer:
Semua keputusan investasi yang dibuat adalah tanggung jawab sepenuhnya dari pembaca. Kami menyarankan agar mempelajari dan menganalisis dengan cermat sebelum melakukan pembelian atau penjualan cryptocurrency. LiniEkonomi.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang mungkin timbul dari keputusan investasi yang kamu buat.