LiniEkonomi.com - IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) melemah 0,27% menjelang rilis data inflasi AS dan Nota Keuangan RI, Senin (12/8/2024). Investor menanti arah kebijakan ekonomi pemerintahan baru Prabowo-Gibran melalui RAPBN 2025.
Melemahnya Indeks Harga Saham Gabungan ini terjadi di tengah sikap wait and see investor menjelang rilis data indeks harga konsumen (IHK) Amerika Serikat dan agenda Nota Keuangan di Indonesia.
Berdasarkan data terkini, IHSG tercatat melemah 0,27 persen ke level 7.237,42 pada pukul 12:00 WIB. Meskipun mengalami koreksi, indeks masih bertahan di atas ambang 7.200.
Saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), yang merupakan bagian dari Grup Salim, menjadi penyumbang terbesar terhadap pelemahan IHSG pada sesi I hari ini. Kontribusi negatifnya mencapai 18,2 poin indeks.
Kelesuan IHSG ini terjadi seiring dengan antisipasi investor terhadap sejumlah agenda ekonomi penting, baik di tingkat global maupun domestik, yang akan berlangsung pekan ini.
Adapun kancah internasional, pelaku pasar akan mencermati rilis data IHK atau inflasi AS untuk periode Juli 2024.
Pengumuman angka inflasi utama dan inti dijadwalkan pada hari Rabu mendatang. Konsensus pasar yang tercatat di Trading Economics memproyeksikan inflasi tahunan AS akan mengalami penurunan tipis sebesar 0,1 basis poin menjadi 2,9 % year-on-year (yoy) pada Juli 2024, dibandingkan dengan 3% (yoy) pada bulan sebelumnya.
Sementara itu, inflasi bulanan AS diperkirakan akan naik menjadi 0,2%, setelah sebelumnya mengalami deflasi 0,1%. Untuk inflasi inti, proyeksi menunjukkan angka 3,2% yoy, sedikit lebih rendah dari 3,3% yoy pada bulan Juni.
Sisi domestik, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data neraca perdagangan Indonesia periode Juli 2024 pada hari Kamis mendatang.
Minta Presiden Jokowi Ungkap Target Makro Ekonomi
Proyeksi dari Trading Economics mengindikasikan surplus neraca dagang sebesar US$ 1,4 miliar, lebih kecil dibandingkan capaian Juni 2024 yang mencapai US$ 2,39 miliar.
Penurunan surplus ini diperkirakan terjadi akibat berkurangnya impor barang modal dan bahan penolong.
Namun, kinerja ekspor masih ditopang oleh sektor industri pengolahan. Pada Juni lalu, nilai ekspor Indonesia tercatat sebesar US$ 20,84 miliar, sedangkan impor mencapai US$ 18,45 miliar.
Agenda penting lainnya yang menjadi sorotan pasar adalah Sidang Bersama DPR, MPR, dan DPD yang akan digelar pada Jumat mendatang.
Dalam acara tahunan ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menyampaikan Pidato Kenegaraan serta Pidato Pengantar RUU APBN 2025 dan Nota Keuangan.
Pidato Kenegaraan Presiden Jokowi diperkirakan akan mencakup capaian pemerintahannya selama satu dekade terakhir, meliputi aspek politik, hukum, keamanan, hingga ekonomi.
Sementara itu, Pidato Pengantar RAPBN 2025 menjadi perhatian khusus bagi pelaku pasar dan kalangan pengusaha, karena akan memberikan gambaran arah pembangunan Indonesia ke depan.
Dalam pidatonya, Presiden Jokowi diharapkan akan mengungkapkan target-target makro ekonomi untuk tahun 2025, termasuk proyeksi pertumbuhan, inflasi, nilai tukar rupiah, produksi minyak mentah dan gas, serta harga minyak mentah Indonesia (ICP).
RAPBN 2025 memiliki signifikansi khusus karena akan menjadi anggaran pertama di bawah kepemimpinan pemerintahan baru Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Masyarakat, pelaku usaha, dan investor akan mendapatkan gambaran konkret mengenai arah kebijakan ekonomi pemerintahan baru, mulai dari strategi belanja hingga rencana pendapatan negara.
Berbeda dengan transisi kepemimpinan sebelumnya, di mana RAPBN untuk presiden berikutnya biasanya hanya bersifat baseline, RAPBN 2025 diperkirakan sudah mencerminkan visi dan misi Prabowo-Gibran.
Hal ini dimungkinkan karena tim transisi Prabowo telah terlibat langsung dalam proses penyusunan RAPBN 2025.
Pelemahan IHSG hari ini menunjukkan sikap hati-hati investor dalam menghadapi berbagai faktor ekonomi yang akan mempengaruhi pasar dalam waktu dekat.
Baca Juga: Lini Ekonomi RI di Era Politik Tumbuh 5 Persen, Tantangan Depan Mata
Rilis data inflasi AS dan neraca perdagangan Indonesia akan memberikan indikasi mengenai kondisi ekonomi global dan domestik, sementara Pidato Kenegaraan dan Nota Keuangan akan menjadi panduan bagi arah kebijakan ekonomi Indonesia di masa mendatang.
Pelaku pasar diharapkan untuk terus memantau perkembangan ini secara seksama, mengingat potensi dampaknya terhadap pergerakan IHSG dan iklim investasi secara keseluruhan.
Meskipun mengalami koreksi, bertahannya IHSG di level 7.200-an menunjukkan bahwa pasar masih memiliki fundamental yang cukup kuat untuk menghadapi berbagai tantangan ekonomi yang ada.
Dalam menghadapi situasi ini, para investor disarankan untuk melakukan diversifikasi portofolio dan mempertimbangkan strategi investasi jangka panjang.
Baca Juga: Makan Siang Gratis Prabowo Cair, Ini Kata 3 Menteri
Analisis mendalam terhadap sektor-sektor yang berpotensi terdampak oleh kebijakan ekonomi baru juga penting dilakukan untuk mengoptimalkan keputusan investasi.
Pemerintah Wajib Dorong Investasi
Sementara itu, pemerintah dan otoritas terkait diharapkan dapat memberikan sinyal positif melalui kebijakan yang mendukung stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan investasi.
Hal ini akan membantu menjaga kepercayaan investor dan mendukung kinerja IHSG di tengah dinamika ekonomi global yang terus berubah.
Dengan pendekatan yang hati-hati dan analisis yang cermat, para pelaku pasar dapat menavigasi periode transisi ini dengan lebih baik, sambil tetap memanfaatkan peluang investasi yang muncul dari arah kebijakan ekonomi baru Indonesia. [*]
Cek Berita dan Artikel yang lain diĀ Google News