LiniEkonomi.com - Bank Indonesia (BI) memprediksi bakal mempertahankan suku bunga acuannya. Ini akan jadi bahasan pada pertemuan dewan gubernur yang berlangsung pada tanggal 20-21 Februari 2024.
Hal ini berdasarkan pada perlambatan laju inflasi dan penguatan nilai tukar Rupiah dalam beberapa waktu terakhir.
Menurut hasil survei yang Reuters pada tanggal 12-16 Februari 2023. Seluruh responden memproyeksikan bahwa BI akan mempertahankan suku bunga acuan 7-day Reverse Repo Rate di level 6,00 persen.
Laju inflasi di Indonesia telah menunjukkan stabilitasnya dalam kisaran target BI, yaitu 1,5-3,5 persen sejak Juli 2022.
Fakta ini mengindikasikan bahwa serangkaian kenaikan suku bunga acuan sebesar 250 basis poin yang dilakukan oleh bank sentral sejak tahun sebelumnya telah terbukti efektif dalam meredam tekanan harga.
Dengan inflasi yang terkendali, BI memiliki keleluasaan untuk mempertahankan tingkat bunga acuannya dalam jangka waktu yang cukup lama ke depan.
Survei ini juga memproyeksikan bahwa bank sentral mungkin akan menurunkan suku bunga pada kuartal II mendatang, dengan penurunan sebesar 25 basis poin setiap kuartal hingga akhir 2023.
Prediksi ini sejalan dengan ekspektasi dari Bank Sentral AS, yang kemungkinan akan melakukan pemangkasan federal funds rate sebanyak 75 basis poin sepanjang tahun ini.
Kunal Kundu, seorang ekonom dari Societe Generale, memperkirakan bahwa BI kemungkinan akan memangkas suku bunga pertamanya pada rapat dewan gubernur bulan Juni.
Risiko BI Pertahankan Suku Bunga Acuan
Ini mengikuti langkah yang serupa yang The Fed lakukan pada bulan Mei.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Thailand Melambat Jauh di 1,9 Persen
Ia menegaskan bahwa kebijakan moneter BI sangat berpengaruh terhadap langkah-langkah The Fed atas kebijakan keputusan mereka.
Sebagian besar ekonom, sebanyak 7 dari 29 responden. Memproyeksikan bahwa akan ada setidaknya satu kali pemangkasan suku bunga pada kuartal II 2023.
Dari responden tersebut, 14 memperkirakan bahwa 7-day RRR akan turun ke level 5,75 persen, sementara 3 lainnya memproyeksikan turun ke 5,50 persen.
Sementara itu, 12 responden lainnya memperkirakan bahwa BI akan mempertahankan tingkat bunga acuannya di 6,00 persen. Setidaknya hingga akhir kuartal I.
Elbert Timothy Lasiman, seorang ekonom dari Bank Central Asia, mengatakan bahwa risiko utama yang akan dihadapi oleh BI ke depan berasal dari faktor-faktor luar negeri
Terutama apabila tingkat inflasi di AS tetap tinggi dan memicu penundaan pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
Adapun Pilpres 2024 berkemungkinan tidak akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap arah kebijakan moneter BI di masa mendatang.
Baca Juga: Tui Pindahkan Pencatatan Sahamnya dari London ke Frankfurt
Hal ini lantaran kedua kandidat yang maju ke putaran kedua. Yang menurut amatan akan melanjutkan kebijakan ekonomi yang diterapkan saat ini.
"Kebijakan ekonomi saat ini kemungkinan besar akan tetap berlangsung di bawah pemerintahan Prabowo. Dampaknya terhadap kebijakan moneter dan fiskal akan terbatas," ujar Jeemin Bang, ekonom dari Moody's Analytics. [*]