LiniEkonomi.com - Saham Eropa melemah di tengah sentimen negatif, sementara Wall Street mencatat rekor baru. Simak dinamika pasar global terkini dan dampaknya terhadap berbagai sektor industri.
Pasar saham Eropa melemah pada perdagangan Selasa (16/7/2024), meskipun berhasil memangkas sebagian kerugian menjelang penutupan seiring dengan kinerja positif Wall Street.
Indeks utama ini sebagian besar tutup pada zona merah, yang mana Stoxx 600 mencatat saham turun 1,43 poin atau 0,28 persen (%) ke level 517,30.
Patokan pan-Eropa sempat menyentuh titik terendah intraday di 515,40, setara dengan penurunan 0,64 persen (%), sebelum akhirnya pulih.
Pemulihan ini atas dorongan momen positif dari pasar Amerika Serikat, yang mana Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 berhasil mencatatkan rekor baru tertinggi.
"Kekhawatiran akan melemahnya permintaan dari Tiongkok menyebabkan terjadi penurunan dua hari berturut-turut pada saham sektor ritel dan pertambangan Inggris dan Eropa. Plus dengan menurunnya sentimen investor Jerman untuk pertama kalinya dalam setahun terakhir," ungkap analis pasar senior IG, Axel Rudolph, kutip LiniEkonomi.com.
"Sisi lain Atlantik, S&P 500 dan Dow mencapai rekor tertinggi baru meskipun penjualan ritel melambat. Namun, metrik inti mengalami kenaikan terbesar sejak April tahun lalu. Mengindikasikan kuatnya belanja konsumen. Probabilitas sekitar 95 persen akibat pemotongan suku bunga Fed pada September ini. Itu juga berkontribusi pada sentimen positif," ujar Rudolph menambahkan.
Sementara itu, Jerman, prospek ekonomi turun Juli 2024 untuk pertama kalinya dalam setahun. Berdasarkan survei ZEW Center for European Economic Research, indeks ekspektasi investor utama turun 5,7 poin dari bulan sebelumnya menjadi 41,8.
Atau berada di bawah proyeksi pasar sebesar 42,3. Namun, indeks kondisi saat ini justru membaik sebesar 4,9 poin menjadi - 68,9 poin.
Zona euro (gabungan mata uang di antara negara-negara anggota Uni Eropa yang telah mengadopsi euro sebagai satu-satunya mata uang resmi-red) juga menerima kabar kurang enak, terkait kinerja dagangnya.
Surplus perdagangan kawasan ini secara tak terduga menyusut pada Mei 2024, mencapai level terendah dalam empat bulan terakhir.
Baca Juga: Pasar Saham AS Menghijau, Saham Lexeo Therapeutics Anjlok 24 Persen
Saham Kinerja Terbaik dan Terburuk
Mengutip data Eurostat menunjukkan neraca perdagangan zona euro tercatat sebesar €13,9 miliar pada Mei, turun dari surplus revisi sebesar €14,2 miliar pada April dan jauh dari bawah ekspektasi pasar sebesar €17,1 miliar.
Sektor korporasi, beberapa emiten mengalami gejolak signifikan. Saham Scor, perusahaan reasuransi asal Prancis, anjlok hampir 25 persen setelah mengeluarkan peringatan turunnya laba untuk bisnis asuransi jiwa dan kesehatan.
Perusahaan ini melaporkan kerugian sebesar €400 juta untuk unit tersebut pada kuartal kedua 2024. Sebaliknya, Ocado Group, perusahaan teknologi dan perdagangan online asal Inggris, mencatatkan kenaikan lebih dari 15 persen.
Lantaran laporan kerugian yang lebih rendah pada semester pertama 2024 dan meningkatnya proyeksi tahunan.
Ocado merevisi ke atas perkiraan margin EBITDA setahun penuh untuk divisi solusi teknologinya menjadi pertengahan belasan persen, naik dari proyeksi sebelumnya sekitar 10 % lebih.
Perusahaan juga memperkirakan arus kas dasarnya akan meningkat menjadi £150 juta dari £100 juta. Sektor fesyen mewah, Hugo Boss turun drastis lebih dari 7 persen setelah menurunkan proyeksi penjualan dan pendapatan tahun 2024.
Perusahaan mode Jerman ini menyatakan ekspektasi penjualan tahunan berada pada kisaran €4,2 miliar hingga €4,35 miliar. Atau lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar €4,3 miliar hingga €4,45 miliar.
Terjadinya penurunan ini karena lemahnya permintaan konsumen, terutama Tiongkok dan Inggris. Emiten fesyen mewah lainnya seperti Christian Dior, LVMH, Hermes, dan Prada juga mengalami tekanan jual.
Baca Juga: Pendapatan WOM Finance Melonjak, Tembus Rp236,40 Miliar
Dinamika Pasar Global
Burberry memperpanjang tren penurunan yang dimulai pada Senin (15/7/2024) setelah merilis laporan perdagangan yang kurang menggembirakan.
Perusahaan ini mencatat turunnya saham 21 persen pada penjualan nan sebanding pada kuartal pertama 2024. Hingga berujung CEO Burberry mundur dari jabatan.
Dinamika pasar global saat ini mencerminkan kompleksitas tantangan ekonomi yang dihadapi berbagai negara dan sektor industri.
Baca Juga: Saham Asia Berfluktuasi, Indeks Wall Street Cetak Rekor
Investor perlu mencermati perkembangan kebijakan moneter, tren konsumsi, dan kinerja korporasi untuk mengambil keputusan investasi yang tepat di tengah volatilitas pasar. [*]
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News