LinieEkonomi.com - Hingga sampai saat ini investor terus memata-matai langkah The Fed, bank sentral kepunyaan Amerika Serikat (AS). Apalagi rencana memangkas suku bunga akan lebih awal dari European Central Bank.
Rencana The Fed tersebut secara analisa salah satu anggota pendiri Komite Kebijakan Moneter of Bank, DeAnne Julius sangat bertentangan. Apalagi rencana pemangkasan suku bunga mungkin curi start dari European Central Bank alias Bank Sentral Eropa.
Walau ada ancang-ancang The Fed Juni mendatang akan menurunkan suku bunga. Tapi Swiss sudah lebih awal melakukan pemangkasan pada Maret silam. Sementara ECB alias Bank Sentral Eropa besar kemungkinan akan melakukan hal yang sama pada Juni 2024 mendatang.
Rencana European Central Bank (ECB) menurunkan suku bunga secara analisa pasar modal berada pada kisaran 4 persen, info tersebut menurut LSEG (Bursa Efek London Grup). Adapun dugaan DeAnne Julius, Bank Sentral AS memangkas suku bunga kemungkinan pada kisaran 2 persen pada Juni 2024.
Ia memandang Bank Sentral AS melakukan hal itu, dengan mempertimbangkan inflasi serta tingginya pengangguran di Amerika, dan hebatnya sangat cepat beradaptasi yang kini ketenagakerjaan mereka menguat. Sayangnya, inflasi turun walau tak sesuai target Fed sekitar 2 persen.
Menurut informasinya, para pelaku pasar modal menduga kalau bank sentral Amerika Serikat akan menurunkan suku bunga 2024 ini sebanyak enam kali. Prediksi tersebut saat memasuki awal tahun ini, walau akan terjadi pemangkasan, tapi mereka menyadari kemungkinan tidak enam tapi tiga.
DeAnne Julius kembali menduga, kalau pergerakan ekonomi di Amerika Serikat tidak begitu masif, meskipun angka tenaga kerja kembali pulih.
"Bisa saja ada tekanan terhadap Bank of England," ungkapnya.
Baca Juga: Investor Tunggu Sinyal The Fed, Bursa Asia Masih Variatif
Sementara pada pertemuan bank sentral eropa, yang berlangsung 11 April 2024 kemarin. Ternyata belum ada keputusan tentang pemangkasan suku bunga.
Ini yang kemudian pelaku pasar meraba-raba rencana dari Gubernur Bank Sentral Eropa, Christine Lagarde, apakah akan menurunkan suku bunga pinjaman pada Juni mendatang.
Julius menimpali, bisa saja belum memang. Sebab saat ini inflasi masih tinggi di beberapa negara Eropa, yang merupakan targetnya 2 persen
Kemudian pertimbangan Bank Sentral Eropa belum mengambil keputusan, bukan karena ekonomi secara analisa yang kita ketahui atau prediksi. Melainkan ada pengaruh suhu politik, baik internal maupun dari negara yang memiliki pandangan politik.
"Pengaruh tadi salah satu pertimbangannya," tutupnya, kutip LiniEkonomi via CNBC.
Sementara, rencana bank sentral Amerika Serikat atau The Fed memangkas suku bunga acuannya 2024 ini. Turut menjadi angin segar bagi bursa saham Indonesia.
Selanjutnya: Gawat! Inflasi AS Bikin Harga Emas Antam Turun 3.000 per Gram
Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, menilai volatilitas di bursa domestik yang terjadi belakangan ini lantaran aliran modal keluar asing atau capital outflow.
Bisa jadi langkah untuk menambah kepemilikan saham dengan harga yang relatif murah atau istilahnya averaging down.
"Hal tersebut sangat wajar terjadi di tengah kondisi global saat ini," kutip laporan LiniEkonomi. [*]