LiniEkonomi.com - Harga Bitcoin (BTC) turun 2,3 persen pada 12 Maret, seiring pasar bereaksi terhadap data inflasi yang tinggi di Amerika Serikat, akibat turunnya suku bunga di 2024.
Data menunjukkan BTC turun hingga 6 persen setelah mencapai rekor tertinggi baru Rp. 1,176,388.56 pada 12 Maret 2024. Bahkan menyentuh level terendah Rp. 707,007.77.
Reaksi ini akibat data Indeks Harga Konsumen (IHK) Februari, yang lebih tinggi dari perkiraan yakni 0,4 persen.
Tingkat inflasi tahunan naik menjadi 3,2 persen, bila membandingkan estimasi 3,1 persen dan angka Januari sebesar 3,1 persen.
Kenaikan biaya tempat tinggal dan bahan bakar menyumbang lebih dari 60 persen, dan peningkatan bulanan pada indeks IHK.
Usai IHK terbitkan datanya, muncul perdebatan mengenai kemungkinan Federal Reserve menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.
Menurut alat FedWatch CME, pedagang saat ini memperkirakan peluang 1 persen dapat menurunkan suku bunga pada Maret ini. Jika membandingkan 12 Februari silam cuma 15 persen.
Ini mengisyaratkan peserta pasar banyak berdoa dan berharap bank sentral AS mempertahankan suku bunga Maret hingga Mei 2024, dengan kemungkinananya Juni juga ikut turun.
Suku Bunga Meroket, JPMorgan Buka Suara
CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, menyuarakan preferensinya agar Fed menunda keputusannya menurunkan suku bunga hingga akhir tahun.
Ia memperingatkan bahwa suku bunga mungkin akan tetap tinggi untuk sementara waktu dan keputusan Fed harus berdasar pada data.
Menurut sumber bursa saham The Kobeissi Letter, perang melawan inflasi masih jauh dari kata sudah. Inflasi pada sektor jasa inti di luar tempat tinggal mencatat lonjakan tertinggi sejak September 2022.
Aliran masuk ke exchange-traded fund (ETF) Bitcoin membantu mengurangi tekanan jual akibat dorongan inflasi Amerika Serikat. Hanya saja harga Bitcoin telah kembali di atas Rp 1,102,274.29 saat artikel ini kami terbitkan.
Pekan lalu, aliran masuk ke ETF Bitcoin spot mencapai sekitar "55,78K BTC ($3,68 miliar atau Rp 46,574.97 XXX)" menurut data dari perusahaan intelijen kripto Arkham.
Analis mencatat tren positif peningkatan aliran ETF, dengan "setengah miliar aliran bersih masuk" pada 11 Maret. BlackRock's iShares Bitcoin Trust, IBIT, memimpin dengan memegang Bitcoin senilai $14,76 miliar (Rp. 217 T). Sementara Fidelity's Wise Origin Bitcoin Fund, FBTC, menduduki peringkat kedua dengan lebih dari $9,26 miliar BTC.
Baca Juga: Proses Merger BTN Syariah dan Bank Muamalat April 2024
Sisi lain, aliran keluar dari Grayscale Bitcoin Trust, GBTC, totalnya mencapai $11,04 miliar dalam delapan pekan terakhir. Dana ini mencatat aliran keluar $494,1 juta pada 11 Maret, volume aliran keluar harian tertinggi sejak 23 Januari. [*]
Kesimpulan: Tetap bahagia dan pikirkan matang-matang serta cermat dalam memahami bursa saham uang didigtal.