Volatilitas Memukul IHSG: Ini Faktor Dibalik Anjloknya Indeks Saham Indonesia

LiniEkonomi.com - Badai volatilitas membuat IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok tajam pada perdagangan, Selasa (16/4/2024).

Nilai saham anjlok usai lebaran, ternyata ini faktor penyebab ambruknya IHSG. [Ilustrasi/Magic/LiniEkonomi]

LiniEkonomi.com - Badai volatilitas membuat IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) anjlok tajam pada perdagangan, Selasa (16/4/2024).

Bahkan harganya pun tutup 1,68 persen, dan lebih rendah di posisi 7.164,81. Melemahnya IHSG ini terjadi di tengah memburuknya sentimen pasar global beberapa hari terakhir, apalagi saat IHSG libur panjang Lebaran 2024 atau Idul Fitri 1445 H.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 23 triliun dengan melibatkan 25 miliaran saham dengan nilai dagangnya sebanyak 1,8 juta kali. Sebanyak 165 saham naik, 457 saham turun, dan 175 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor properti menjadi penekan terbesar IHSG pada akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 3,25 persen (%).

Selain itu, beberapa saham juga terpantau menjadi penekan (laggard) IHSG, termasuk saham perbankan raksasa PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang menjadi penekan terbesar dengan kontribusi 34,8 indeks poin.

Baca Juga: Warga KTP Ganda Iran dan Jerman Terancam, Perang Israel vs Iran Depan Mata

Penyebab Utama Anjloknya IHSG

LiniEkonomi.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tergelincir pada perdagangan Rabu (27/3/2024) termasuk GOTO-EXCL
Bursa Lesu [DALL-E 3/Kariadil Harefa]

Berdasarkan analisis, ada beberapa faktor utama yang menyebabkan IHSG ambruk pada perdagangan hari ini:

  1. Libur Panjang Lebaran 2024: Libur panjang yang diakibatkan Hari Raya Lebaran 2024 atau Idul Fitri 1445 H membuat pasar keuangan Indonesia baru terbuka hari ini. Hal ini menyebabkan adanya "lagging sentiment" yang menekan pergerakan IHSG.
  2. Aksi Ambil Untung Investor: Selain libur panjang, adanya aksi ambil untung (profit taking) oleh investor juga memperberat pergerakan IHSG hari ini.
  3. Sentimen Negatif Global: Saat Indonesia sedang libur panjang Lebaran, terdapat banyak sentimen negatif dari pasar global yang menekan pergerakan IHSG. Mulai dari eskalasi konflik di Timur Tengah hingga data inflasi Amerika Serikat (AS) yang kembali memanas.

Baca Juga: IHSG Keok di Pagi Hari, Investor Asing Kabur! Ada Apa?

Konflik di Timur Tengah Memicu Kekhawatiran

Liniekonomi.com - Terbongkar sudah alasan Turki membatasi ekspor barang ke Israel. Selain alasan genosida, ternyata sebelumnya ada beberapa yang membuat Turkiye murka.
Serangan Israel terhadap Lebanon Selatan, Senin (9/4/2024). Akibatnya, seorang komandan lapangan kelompok bersenjata lengkap Hizbullah di Lebanon tewas. [TangkapanLayar/Reuters]

Salah satu sentimen negatif global yang menekan IHSG adalah eskalasi konflik di Timur Tengah. Iran meluncurkan serangan drone dan rudal ke Israel pada Sabtu (13/4/2024) malam, yang merupakan serangan langsung pertama terhadap wilayah Tel Aviv.

Serangan Iran ini adalah balasan setelah Israel menyerang konsulat Iran di Damaskus Suriah, awal April 2024 lalu. Kekhawatiran pasar adalah konflik bisa meluas jika Israel dan sekutunya menyerang balik.

Serangan tersebut juga membuat kawasan Timur Tengah semakin panas setelah perang Israel vs Hamas meletus pada awal Oktober 2023 silam.

Baca Juga: Ketegangan Iran-Israel Picu Harga Bitcoin Terjun 4,6 Persen

Inflasi AS Kembali Memanas

Investor sedang memata-matai pergerakan The Fed, bertindak awal memangkas suku buga sebelum Bank Sentra Eropa
Rencana The Fed pangkas suku bunga pada 2024 diproyeksi bakal memicu angin segar di bursa saham Indonesia. [Canva]

Selain konflik Timur Tengah, masih panasnya ekonomi AS dan inflasi mereka juga menjadi perhatian besar pasar. Inflasi AS ternyata berada pada luar dugaan menanjak hingga 3,5 persen (year on year/yoy) Maret 2024 dari 3,2 persen bulan Februari.

Sejumlah data dari Amerika Serikat juga menunjukkan ekonomi masih kuat, seperti penambahan 303.000 pada non-farm payrolls dan kenaikan penjualan ritel 0,7 persen pada Maret 2024.

Hal ini membuat pasar pesimis jika The Fed akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
Bila eskalasi konflik global terus berlanjut, inflasi global termasuk di AS pun akan kembali sulit turun.

Alhasil, ekspektasi pasar akan pemangkasan suku bunga acuan akan kembali memudar dan mungkin saja tidak terjadi pada tahun ini. [*]

Disclaimer:
Semua keputusan investasi yang dibuat adalah tanggung jawab sepenuhnya dari pembaca. Kami menyarankan agar mempelajari dan menganalisis dengan cermat sebelum melakukan pembelian atau penjualan cryptocurrency. LiniEkonomi.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang mungkin timbul dari keputusan investasi yang kamu buat.

Baca Juga

Dorong Transformasi Early-Stage Startup, Telkomsel Gelar NextDev ke-10
Dorong Transformasi Early-Stage Startup, Telkomsel Gelar NextDev ke-10
Blusukan ke Pedagang Ikan di Pantai Moawo, Sowa'a Laoli Siap Tingkatkan Kesejahteraan Nelayan
Blusukan di Pantai Moawo, Sowa'a Laoli Siap Tingkatkan Kesejahteraan Nelayan
Paslon SMART 02 Bagikan Jam Dinding SMART Buat Pedagang Pasar Gunungsitoli
Paslon SMART 02 Bagikan Jam Dinding Buat Pedagang Pasar Gunungsitoli
YOGYAKARTA, LINIEKONOMI.COM - Belum lama ini Telkomsel Jaga Cita sukses hadir untuk pendidikan yang adaptif, inklusif di Indonesia.
Telkomsel Jaga Cita untuk Ekosistem Digital Pendidikan Indonesia
IHSG terkoreksi 1,26% ke level 7.290,9, namun saham PTIS dan FMII justru meroket hingga batas Auto Rejection Atas. Simak analisis lengkap pergerakan saham di tengah volatilitas pasar.
Dua Saham Ini Meroket Hingga Auto Rejection, Efek IHSG 1,26 Persen
Harga Emas Turun Rp 1.000 Per Gram Hari Ini, Masih Untung Rp 293 Juta Sejak Awal 2023
Harga Emas Antam Anjlok Rp 30.000 per Gram, Terparah Selama 2024