LiniEkonomi.com - Menjelang Ramadan dan Lebaran 2024, perekonomian Indonesia menghadapi tantangan berupa daya beli masyarakat yang terbatas.
Bahkan Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) mencatat penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menjadi 123,1 pada Februari 2024.
Ini lebih rendah bila membandingkan bulan sebelumnya sebesar 125,0. Meskipun masih berada di zona optimis, penurunan ini mencerminkan kehati-hatian masyarakat dalam berbelanja akibat tingginya harga pangan.
Asisten Gubernur BI Erwin Haryono menyampaikan bahwa optimisme konsumen tetap kuat, lantaran dorongan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang meningkat dan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) yang positif.
Namun demikian, pemerintah perlu menyusun strategi khusus untuk menahan laju penurunan konsumsi selama Ramadan, mengingat momentumnya penting bagi perekonomian Indonesia.
Di sisi lain, sektor industri makanan dan minuman melihat peluang peningkatan penjualan selama Ramadan. Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) optimistis konsumsi akan kembali meningkat.
Seiring dengan tradisi berbuka puasa. Sebelumnya, kinerja industri ini sempat terdampak kampanye boikot produk Israel pada tahun 2023 lalu.
Sektor aviasi juga menyambut baik prospek peningkatan penumpang selama periode mudik Lebaran. Survei Kementerian Perhubungan memperkirakan sekitar 4,4 juta orang akan menggunakan moda transportasi udara pada 3-18 April 2024, meningkat 12 persen kalau membandingkan tahun 2023.
Maskapai bersaing ketat memperebutkan ceruk pasar ini dengan strategi penambahan jumlah kursi dan frekuensi penerbangan.
Sementara itu, sektor perbankan mengantisipasi risiko peningkatan kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL).
Baca Juga: Ramadan dan Idulfitri: BEI Umumkan Jadwal Libur Dagang Saham
Seiring dengan berakhirnya relaksasi restrukturisasi kredit pada Maret 2024.
Meskipun kualitas kredit diproyeksi terjaga, pemburukan kredit restrukturisasi berpotensi menaikkan rasio NPL perbankan. [*]