LiniEkonomi.com - Harga saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) tergelincir 9,7 persen pada perdagangan Rabu (20/3/2024) lalu.
Bahkan ironinya menyentuh level terendahnya sebesar Rp 65 dari level sebelumnya Rp 72. Penurunan tersebut terjadi seiring dengan publikasi laporan keuangan GOTO tahun lalu.
"Mengevaluasi laporan keuangan GOTO 2023, terdapat peningkatan signifikan dalam kerugian tahunan dari Rp 40,4 triliun (2022) menjadi Rp 90,52 triliun (2023)," ungkap mantan direktur Bursa Efek Jakarta, Hasan Zein Mahmud dalam unggahan di Facebook, dikutip pada Kamis (21/3/2024).
Sementara itu, Hasan menyoroti menurunnya nilai aset GOTO sebesar 59 persen (%), turun dari Rp 139 triliun menjadi Rp 54 triliun.
Ekuitas juga mengalami penurunan tajam, dari Rp 123 triliun menjadi Rp 36 triliun, menandakan penurunan sebesar 71 persen (%).
Bahkan, Hasan pernah melakukan transaksi beli saham GOTO dengan tawaran Rp 64. Walau angka itu tersebut tak memberinya keberuntungan. Lantaran pada posisi harga Rp 68 dan 66.
Reformasi Bisnis
Menurut Hasan, keputusan GOTO untuk melepaskan kendali pada Tokopedia. Ia menilai sebagai langkah cerdas dan visioner.
Hal ini membuka potensi sinergi jangka panjang dengan ByteDance. GOTO juga bisa lebih fokus pada bisnis intinya, yakni layanan on demand services (ODS). Tanpa harus membebani pembiayaan e-commerce Tokopedia.
Fokus pada ODS memberikan peluang bagi GOTO untuk memperluas dan memperdalam pasar. Serta mendorong inovasi produk dan peningkatan aktivitas di berbagai segmen.
Selain itu, GOTO akan mendapatkan fee bersih dari Tokopedia-TikTok Shop setiap kuartal, sekitar 0,4 persen dari core GMV Tokopedia-TikTok Shop, yang langsung menyumbang pada laba bersih GOTO.
"Walaupun pelepasan kendali pada Tokopedia membawa konsekuensi akuntansi tertentu, termasuk penurunan aset dan ekuitas. Saya optimis melihat potensi GOTO mencatat laba bersih positif pada 2024," tutur Hasan.
Baca Juga: GOTO Targetkan Laba 2024 Meski Rugi Rp 90,5 Triliun
Lebih lanjut, Hasan menegaskan bahwa pembebanan goodwill merupakan biaya non kas, yang jika tidak ditangani dengan bijak, bisa berpotensi menghadapi masalah keuangan.
Meskipun demikian, pada akhir 2023, GOTO memiliki kas dan setara kas yang besar, sekitar Rp 27 triliun, memberikan ruang untuk strategi buyback saham. [*]