9 Strategi Efektif Trading Emas

Update terkini harga emas Antam 7 November 2024: emas 0,5 gram Rp808.516, 1 gram Rp1.516.783.

Ilustrasi emas batangan Antam [Ilustrasu/canva/]

LiniEkonomi.com - Ketidakpastian ekonomi global, termasuk inflasi dan ketidakstabilan geopolitik, telah meningkatkan minat terhadap investasi emas dalam beberapa tahun terakhir.

Emas, yang diperdagangkan dalam pasangan XAU/USD, menjadi salah satu instrumen trading populer di kalangan investor.

Hampir semua broker forex kini menawarkan akses ke perdagangan emas, sehingga para trader dengan mudah dapat menambahkannya ke dalam portofolio mereka.

Hal ini menjadikan emas sebagai aset penting, terutama selama periode inflasi yang melanda berbagai negara saat ini.

Bagi trader yang ingin mencoba peruntungan dalam trading emas, berikut 9 strategi efektif trading emas:

  1. Trading Selama Sesi New York

Pasar emas beroperasi hampir 24 jam sehari, namun likuiditas tertinggi biasanya terjadi selama sesi trading New York. Trader dapat memilih untuk melakukan transaksi saat atau setelah jam trading New York, tergantung pada tujuan mereka.

Trading saat likuiditas tinggi menawarkan volatilitas yang lebih rendah, menjadikannya ideal untuk posisi safe haven. Namun, trading di luar sesi ini bisa memberikan volatilitas tambahan yang dibutuhkan untuk strategi scalping.

  1. Manfaatkan Highs dan Lows Sebelumnya

XAU/USD cenderung diperdagangkan dalam range tertentu, sehingga salah satu strategi yang sering digunakan adalah mengidentifikasi peluang beli atau jual berdasarkan harga tertinggi dan terendah sebelumnya.

Strategi ini cocok bagi mereka yang lebih suka pendekatan berisiko rendah, meskipun tidak ideal untuk day trading karena butuh waktu lebih lama untuk mencapai target keuntungan.

  1. Pertimbangkan Pengaruh Geopolitik

Ketidakstabilan politik dan ekonomi sering kali menyebabkan kekhawatiran mengenai nilai mata uang. Dalam situasi ini, emas dapat berfungsi sebagai alat lindung nilai terhadap fluktuasi mata uang.

Emas memiliki korelasi kuat dengan Dolar AS dan mata uang stabil lainnya seperti Yen Jepang. Trading XAU/USD dapat menjadi langkah yang tepat untuk melindungi aset dari dampak negatif peristiwa geopolitik yang tidak terduga.

Menarik: Strategi Terbaik Perdagangan Forex XAU/USD dan EUR/USD

  1. Gunakan Pola Symmetrical Triangle

Pola grafik Symmetrical Triangle adalah alat yang berguna untuk mengidentifikasi peluang trading selama periode konsolidasi harga.

Pola ini terbentuk ketika dua garis tren yang bergerak dalam arah berlawanan bertemu, menciptakan potensi penembusan harga.

  1. Pantau Permintaan Pasar Terhadap Emas

Kenaikan permintaan terhadap emas dapat memengaruhi harga. Permintaan ini bisa berasal dari berbagai sektor, termasuk industri medis dan teknologi yang menggunakan emas dalam produk mereka, serta permintaan konsumen untuk perhiasan emas.

  1. Amati Pembelian oleh Bank Sentral

Bank sentral sering kali membeli emas sebagai bentuk perlindungan terhadap volatilitas mata uang. Contohnya, baru-baru ini Cina dan Rusia telah meningkatkan investasi mereka dalam emas.

Langkah ini mencerminkan kekhawatiran mereka terhadap nilai masa depan Dolar AS dan Euro. Ketika bank sentral membeli emas dalam jumlah besar, hal ini biasanya diikuti oleh kenaikan harga emas.

  1. Lacak Perubahan Suku Bunga Riil

Harga emas memiliki hubungan erat dengan suku bunga riil. Ketika suku bunga riil turun, harga emas cenderung naik, dan sebaliknya.

Suku bunga riil dihitung dengan mengurangi tingkat inflasi dari suku bunga nominal. Jika suku bunga riil turun di bawah 1%, trader bisa mempertimbangkan untuk membeli emas.

Sebaliknya, jika suku bunga riil naik di atas 2%, emas cenderung mengalami penurunan harga, dan ini bisa menjadi sinyal untuk menjual XAU/USD.

  1. Gunakan Strategi Moving Averages Crossover

Salah satu strategi yang efektif dalam trading emas adalah penggunaan crossover moving averages. Karena harga emas cenderung berfluktuasi dalam range tertentu, persilangan antara moving averages periode pendek dan panjang dapat menjadi sinyal trading.

Sebagai contoh, jika MA 20 hari melintasi MA 50 hari, ini dapat dianggap sebagai sinyal beli. Trader bisa menyesuaikan periode moving averages sesuai preferensi, namun sebaiknya pilih jarak yang cukup signifikan antara kedua MA.

  1. Perhatikan Produksi Emas

Produksi emas global belum mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, meskipun permintaan emas tetap tinggi.

Biaya penambangan yang semakin mahal di wilayah yang sulit dijangkau menyebabkan produksi emas baru lebih terbatas. Stabilitas produksi ini bisa memicu kenaikan harga emas, terutama jika permintaan meningkat dari bank sentral dan konsumen.

Baca Juga: 5 Aplikasi Trading Crypto Terbaik untuk Pemula di Indonesia

Kesimpulan

Meskipun harga emas dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berbeda dari mata uang biasa, prinsip-prinsip dasar forex tetap relevan dalam trading XAU/USD.

Emas tidak hanya berfungsi sebagai aset safe haven, tetapi juga menawarkan potensi keuntungan jika pergerakan harganya dianalisis dengan strategi yang tepat. [*]

Baca Juga

JAKARTA, LINIEKONOMI.COM - Terdapat dua sektor yang jadi penyelamat ekonomi Indonesia. Hal itu terbongkar saat Bank Indonesia (BI).
Dua Sektor Ini Selamatkan Ekonomi Indonesia, Ini Kata Perry Warjiyo
bank bjb Perkuat Sinergi Strategis Bareng PT Sucofindo
bank bjb Perkuat Sinergi Strategis Bareng PT Sucofindo Demi Ini
Trafik broadband Telkomsel melonjak 11,36% saat Pilkada Serentak 2024, mencerminkan tingginya aktivitas digital masyarakat. Infrastruktur kuat mendukung pengalaman terbaik.
Selama Pilkada 2024: Trafik Broadband Telkomsel Naik 11,36%
bank bjb raih CGPI Award 2024 dengan predikat Most Trusted
Congrats! bank bjb Raih Penghargaan Most Trusted Banking di Ajang Indonesia Good Corporate Governance Award 2024
Pemerintah membentuk Satgas Jejaring Advokasi Inklusi Keuangan Digital Perempuan
Tingkatkan Akses Keuangan Perempuan, Pemerintah Luncurkan Satgas Jejaring Advokasi
Harga Emas Turun Rp 1.000 Per Gram Hari Ini, Masih Untung Rp 293 Juta Sejak Awal 2023
Harga Emas Antam Anjlok Rp 30.000 per Gram, Terparah Selama 2024