NIAS, LINIEKONOMI.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) secara konsisten mengingatkan masyarakat akan potensi gempa di zona megathrust di Indonesia.
Melalui serangkaian analisis dan pemantauan, lembaga ini mendorong pentingnya upaya mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana alam.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menegaskan bahwa pembahasan potensi gempa di zona megathrust tidak dimaksudkan untuk menimbulkan kekhawatiran berlebih.
Sebaliknya, diskusi ini bertujuan menyadarkan masyarakat akan pentingnya upaya bersama dalam mitigasi bencana.
"Peristiwa semacam ini menjadi momen tepat untuk mengingatkan kita akan potensi gempa di zona seismic gap Selat Sunda dan Mentawai-Siberut," ujar Daryono.
Sejarah mencatat rentang waktu gempa besar di berbagai wilayah:
- Tunjaman Nankai: Gempa terakhir pada 1946 (usia seismic gap 78 tahun)
- Selat Sunda: Gempa terakhir pada 1757 (usia seismic gap 267 tahun)
- Mentawai-Siberut: Gempa terakhir pada 1797 (usia seismic gap 227 tahun)
Daryono menekankan bahwa seismic gap di Indonesia memiliki periodisitas jauh lebih panjang dibandingkan Nankai, sehingga memerlukan perhatian serius dalam persiapan mitigasi.
Baca Juga: Warga Panik, Gempa Guncang Pasaman Barat Untung Aman dari Tsunami
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati merinci beberapa langkah strategis antara lain:
- Sistem Peringatan Dini Tsunami
BMKG menempatkan sensor sistem peringatan dini InaTEWS menghadap zona-zona megathrust. Sistem ini dirancang secara khusus untuk mitigasi potensi bencana.
- Edukasi Masyarakat
Upaya edukasi dilakukan baik pada tingkat lokal maupun internasional. Beberapa kegiatan mencakup, mendampingi pemerintah daerah menyiapkan infrastruktur mitigasi, membangun jalur evakuasi, mengembangkan sistem peringatan dini,m dan mempersiapkan shelter tsunami.
- Kolaborasi Internasional
BMKG bergabung dengan Indian Ocean Tsunami Information Center untuk mengedukasi 25 negara di Samudra Hindia dalam menghadapi gempa dan tsunami.
- Pemantauan Berkala
Lembaga ini secara rutin melakukan pengecekan sistem peringatan dini, termasuk sirine tsunami yang dihibahkan ke pemerintah daerah.
Daryono menegaskan bahwa frasa "tinggal menunggu waktu" harus dipahami secara tepat. Meskipun segmen sumber gempa di sekitar wilayah sudah merilis gempa besar, hal ini tidak berarti gempa akan terjadi dalam waktu dekat.
Baca Juga: Hadapi Gempa Megathrust! BPBD Banten Ajak Warga Waspada
Baca Juga: Gempa Berkekuatan 4,8 Magnitudo Terjadi di Perairan Sumatra Barat
"Kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar, tetapi bukan berarti segera akan terjadi gempa dalam waktu dekat," tegasnya.
BMKG konsisten mendorong masyarakat untuk tidak panik namun tetap waspada. Fokus utama adalah mempersiapkan mitigasi, edukasi, dan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana alam. [*]