LiniEkonomi.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan pada perdagangan sesi pertama hari ini, Kamis (15/8/2024). Pelemahan ini terjadi di tengah penguatan mayoritas bursa saham Asia.
Pada penutupan sesi I, IHSG terkoreksi 0,44% atau 32,84 poin ke level 7.403,19. Sepanjang perdagangan, indeks bergerak di rentang 7.386,73 hingga 7.460,38, dengan level tertinggi mencatat rekor baru sepanjang masa (All Time High/ATH).
Aktivitas perdagangan mencatat volume transaksi sebanyak 9,33 miliar lembar saham dengan nilai Rp5,02 triliun. Frekuensi perdagangan tercatat sebanyak 605 ribu kali transaksi.
Indeks LQ45 juga mengalami penurunan sebesar 0,68% atau 6,25 poin ke level 916,38. Sektor-sektor yang mengalami tekanan terbesar adalah barang baku (-0,83%), infrastruktur (-0,73%), dan energi (-0,51%).
Sementara itu, sektor keuangan dan kesehatan juga melemah masing-masing sebesar 0,43% dan 0,20%. Di antara saham-saham yang mencatatkan kenaikan signifikan adalah PT Argo Pantes Tbk (ARGO) yang meroket 24,8%, PT Jaya Konstruksi Tbk (JKON) yang melambung 21,1%, dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang melonjak 16,4%.
Sebaliknya, saham-saham yang mengalami penurunan tajam antara lain PT Sepeda Bersama Indonesia Tbk (BIKE) yang terkoreksi 10,4%, PT Green Power Group Tbk (LABA) yang merosot 9,28%, dan PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) yang turun 4,76%.
Menarik: Rupiah Kembali Lemah Rp15.655, Bikin Investor Jantungan
Kontras dengan IHSG, mayoritas bursa utama Asia justru bergerak positif. Pada pukul 12.30 WIB, indeks Straits Times (Singapura) naik 0,88%, KOSPI (Korea Selatan) menguat 0,85%, CSI 300 (China) tumbuh 0,76%, Shanghai Composite (China) naik 0,74%, Shenzhen Comp. (China) menguat 0,70%.
Nikkei 225 (Tokyo) naik 0,69%, Topix (Jepang) tumbuh 0,64%, PSEI (Filipina) naik 0,08%, dan Hang Seng (Hong Kong) menguat 0,05%.
Hanya tiga indeks yang menemani IHSG di zona merah, yaitu SETI (Thailand) dan TW Weighted Index (Taiwan) yang sama-sama turun 0,54%, serta KLCI (Malaysia) yang terkoreksi 0,15%.
Penguatan bursa Asia sejalan dengan kinerja positif Wall Street semalam. Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing naik 0,38% dan 0,03%, sementara Dow Jones Industrial Average menguat 0,61%.
Sentimen negatif yang menekan IHSG berasal dari rilis data perdagangan internasional Indonesia periode Juli 2024 oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Meskipun ekspor dan impor mencatatkan pertumbuhan, surplus neraca dagang mengalami penyusutan.
BPS melaporkan nilai ekspor Indonesia pada Juli 2024 mencapai US$22,21 miliar, tumbuh 6,46% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).
Angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan Juni yang sebesar 1,17% yoy dan melampaui proyeksi konsensus Bloomberg sebesar 3,7% yoy. Dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm), ekspor naik 6,55%.
Sementara itu, impor Indonesia pada Juli 2024 tercatat sebesar US$21,74 miliar, melonjak 11,07% yoy. Realisasi ini jauh melampaui pertumbuhan Juni sebesar 7,58% yoy dan proyeksi pasar yang memperkirakan kontraksi 1,4% yoy.
Dibandingkan Juni, impor melonjak 17,82% mtm. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2024 membukukan surplus US$472 juta.
Meski masih positif, angka ini merupakan surplus terendah sejak Mei 2023 atau lebih dari setahun. Penyusutan surplus neraca dagang ini menjadi sentimen negatif bagi IHSG.
Baca Juga: IHSG Terkoreksi 0,55 Persen: Kapitalisasi Pasar Susut 30,79 Triliun
Sebagai perbandingan, pada Juli 2024 surplus neraca dagang mencapai US$2,39 miliar, sementara pada Mei 2024 surplus tercatat sebesar US$2,93 miliar.
Meski demikian, neraca perdagangan Indonesia telah membukukan surplus selama 51 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Rangkaian surplus ini merupakan yang terpanjang kedua dalam 20 tahun terakhir. [*]
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News