Liniekonomi.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengapresiasi upaya PT Pertamina (Persero), yang konsisten melaksanakan program Bahan Bakar Minyak (BBM) Satu Harga di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar atau 3T.
"Pelaksanaan program tersebut bisa ditingkatkan dengan menyasar masyarakat yang bermukim di daerah-daerah pelosok agar mereka bisa mendapatkan bahan bakar dengan harga wajar," kata Arifin melalui keterangan tertulis, usai meresmikan secara serentak 17 lembaga penyalur bahan bakar minyak (BBM) satu harga di Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kamis (16/9/2021).
Menurut Arifin, energi sangat penting untuk bisa mendorong pertumbuhan perekonomian nasional.
"Salah satu yang paling penting adalah bagaimana kita bisa menciptakan dan membangun infrastruktur, sehingga masyarakat bisa menikmati dan kemudian ini akan bisa meningkatkan kegiatan masyarakat untuk bisa meningkatkan perekonomiannya," ujar Arifin.
Sementara itu, Direktur Logistik, Rantai Pasok, dan Infrastruktur Pertamina Mulyono mengatakan saat ini pihaknya telah membangun 293 lembaga penyalur BBM Satu Harga yang tersebar di 112 kabupaten di seluruh Indonesia yang meliputi 62 kabupaten itu masuk ke dalam wilayah 3T.
Sampai 2024, pemerintah menargetkan jumlah lembaga penyalur BBM Satu Harga ini akan mencapai 583 lokasi dengan rincian Pertamina akan membangun 573 lokasi dan sisanya dibangun oleh pihak lain.
"Tahun ini kami akan membangun 76 lokasi lagi yang sampai sekarang ini sudah beroperasi 44 lokasi BBM Satu Harga," kata Mulyono.
Dalam menyalurkan energi ke titik BBM Satu Harga, perseroan menggunakan seluruh moda transportasi yang paling optimal mulai dari darat, udara, laut atau sungai maupun kombinasi dari seluruh moda tersebut.
"Manajemen penyaluran energi sangat diperhatikan sebagai antisipasi agar energi di BBM Satu Harga selalu tersedia," ungkapnya.
Selain kondisi geografis yang beragam, waktu tempuh yang lama juga menjadi tantangan tersendiri dalam proses distribusi. Wilayah 3T memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Menurut Mulyono, pengiriman BBM di Ilaga, Papua, harus menggunakan pesawat air tractor yang mengangkut 2.500 liter sekali jalan, karena lokasinya berada di ketinggian 2.280 meter dari permukaan laut.
Penggunaan jalur udara juga dilakukan sebelum menggunakan jalur darat untuk mendistribusikan BBM di Krayan dan Semaring, Kalimantan Utara, yang terletak di perbatasan Malaysia.
Sementara itu di Paniai, Papua, awak mobil tangki harus melewati medan berat sejauh 300 kilometer dan menyeberang ke Dermaga Obano. Apabila cuaca tidak mendukung dibutuhkan waktu hingga 13 jam perjalanan darat.
Baca juga: PLN Rampungkan Proyek Tegangan Ekstra Tinggi Senilai Rp 262 Miliar
Jarak tempuh yang panjang dan lama juga ditemui dalam distribusi di Mentawai, Sumatera Barat. Kondisi laut dan cuaca sangat menentukan waktu tempuh sekitar 12-18 jam agar BBM bisa sampai dan dinikmati masyarakat Kecamatan Tuapejat.